picture by pixabay.com |
Dari beberapa sumber di atas yang lebih tepat digunakan sebagai dasar pelaksanaan yadnya di Indonesia adalah Lontar Agastya Parwa. Tetapi dalam konteks pengertian dan pelaksanaannya mengacu pada penjelasan-penjelasan Kitab Weda sehingga di Indonesia Panca Yadnya dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Dewa Yadya adalah persembahan yang tulus iklhas kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan segala manifestasinya. Dewa Yadnya dilaksanakan terutama dalam rangka memenuhi kewajiban Dewa Rna, yakni hutang hidup kepada Ida Sang Hyang Widhi. Pelaksanaan Dewa Yadnya dapat dilakukan dengan berbagai bentuk. Aktivitas kehidupan sehari-hari dapat diwujudkan menjadi yadnya dengan cara melaksanakan semua aktivitas yang didasari oleh kesadaran, keikhlasan, penuh tanggung jawab dan menjadikan aktivitas tersebut sebagai persembahan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagaimana sabda Tuhan melalui Bahagawad Gita dalam beberapa sloka seperti :
Yajnarthat karmano 'nyatra loko 'yam karma-bandhanah, Tad-artham karma kaunteya mukta-sangah samacara (Bhagawad Gita, 111.9)
Terjemahanya: Kecuali kerja yang dilakukan sebagai dan untuk tujuan pengorbanan, dunia ini terbelenggu oleh kegiatan kerja. Oleh karena itu, wahai putra Kunti (Arjuna), lakukanlah kegiatanmu sebagai pengorbanan dan jangan terikat dengan hasilnya.
2. Rsi Yadnya adalah persembahan yang tulus ikhlas kepada para rsi dan orang suci. Pelaksanaan yadnya ini sebagai wujud terima kasih atas segala jasa yang telah diberikan oleh para rsi dan orang suci pada kita . Menurut Hindu atas jasa para rsi dan orang suci ini menyebabkan kita memiliki hutang yang disebut Rsi Rna.
3. Pitra Yadnya adalah pengorbanan yang tulus ikhlas untuk para leluhur dan orang tua. Pitra Yadnya wajib dilakukan untuk membayar hutang hidup kepada orang tua dan leluhur yang disebut Pitra Rna. Tanpa ada leluhur dan orang tua sangat mustahil kita akan lahir di dunia ini. :
Di Bali Upacara Pitra Yadnya dikenal memiliki beberapa tingkatan seperti :
1. Sawa Prateka, yakni upacara perawatan dan penyelesaian jenasah seperti dikubur (mekingsan ring pertiwi), dibakar (mekingsan ring geni).
2. Asti Wedana yaitu tingkatan upacara Pitra Yadnya yang lebih tinggi yang umumnya disebut Ngaben. Bentuk Asti Wedana adalah :
a. Sawa Wedana yaitu upacara ngaben bila yung dibakar adalah Jenasah. Upacara ini dikenal juga dengan nama Swasta,
b. Asti Wedana yaitu upacara pengabenan dengan membakar jenazah yang sudah berbentuk tulang (sudah dikubur terlebih dahulu).
3. Ngerca Wedana yaitu upacara ngaben dengan membakar simbol sebagai pengganti tulang jenasah orang yang sudah meninggal. Upacara ini biasanya dilakukan untuk orang yang waktu meninggal telah mekingsan ring geni, atau meninyyal tetap! jenasahnya tidak ditemukan (misalnya meninggal di laut atau di hutan), atau juga jenasah yang dikubur tetapi tulangnya tidak ditemukan.
4. Atma Wedana yaitu upacara tingkat berikutnya yang bertujuan lebih menyempurnakan jiwatman yang telah diabenkan dari alam surga menuju alam Dewa/moksa. Bentuk Atma Wedana antara lain, ngeroras, mukur, maligia, Disamping bentuk upacara Pitra Yadnya sebagaimana dijelaskan di atas yang lebih penting dilakukan masa kini adalah bagaimana usaha kita untuk menjunjung nama baik dan kehormatan leluhur dan orang tua. Jadi Pitra Yadnya dalam kaitan kewajiban sebagai siswa adalah dengan belajar sebaik-baiknya sebagaimana harapan orang tua. Melayani orang tua semasih hidup dengan ikhlas serta tidak mengecewakan dan menyakiti hati orang tua adalah merupakan Pitra Yadnya utama.
4. Manusa Yadnya adalah pengorbanan yang tulus ikhlas untuk kebahagiaan hidup manusia, Sesuai dengan pengertian tersebut maka segala bentuk pengobanan yang " bertujuan untuk kebahagiaan hidup manusia adalah tergolong manusa yadnya. Selama ini pemahaman sebagian umat Hindu bahwa manusa yadnya semata-mata upacara yang dilaksanakan oleh orang tua bagi anak-anaknya, sejak dalam kandungan sampai menuju grahasta (perkawinan). Jika memahami pengertian manusa yadnya, maka bentuknya tidak selalu upacara, serta peruntukannya bukan hanya untuk anak (keturunan sendiri). Bentuk manusa yadnya bisa bermacammacam seperti yadnya dalam bentuk dana, upacara, jnana, dan karma sepanjang tujuan yadnya tersebut adalah untuk kebahagiaan hidup manusia. Artinya jika kita memberikan nasehat atau ilmu kepada orang lain yang menyebabkan orang tersebut memperoleh kebahagiaan hidup maka itu tergolong juga manusa yadnya. Demikian pula memberikan dana punia untuk pendidikan anak bagi keluarga tidak mampu atau melaksanakan bhakti sosial pengobatan bagi masayarakat kurang mampu juga termasuk manusa yadnya. Dengan demikian maka sasaran manusa yadnya bukan hanya untuk anak/ keturunan sendiri, tetapi bagi semua manusia tanpa memandang suku, agama maupun golongan.
5. Butha Yadnya adalah pengorbanan yang tulus iklhas untuk para butha agar tercipta kedamaian dan keharmonisan hidup di dunia. Menurut konsep Hindu bahwa semua yang ada di dunia ini adalah ciptaan Hyang Widhi yang memiliki fungsi tersendiri dalam memutar roda kehidupan. Jadi semua mahluk termasuk para bhuta memiliki hak hidup. Manusia sebagai mahluk yang memiliki sabda, bayu dan idep memiliki peranan penting dalam menciptakan keharmonisan kehidupan. Olch karena itu manusia melaksanakan bhuta yadnya agar keseimbangan hidup tercipta. Tujuan bhuta yadnya adalah agar para bhuta kala “somya”, sempurha kembali menuju alamnya sendiri dan tidak mengganggu kehidupan manusia. Secara sekala wujud bhuta yadnya adalah usaha kita agar menjaga kelestarian alam, tidak merusak mata air, hutan lindung, serta tindakan-tindakan lain yang dapat menjadi penyebab bencana alam.
SLAHKAN KERJAKAN SOAL LATIHAN DIBAWAH INI !
Nama:Ni Putu Kumala Aurelia Paramita
ReplyDeleteKelas:vii J
No absen:28
Nama : I GUSTI AYU PUTU DHARMAPATNI
ReplyDeleteKELAS : VII J
NO ABSEN : 06
Nama: NI PUTU AULIA PUSPITA YANTI
ReplyDeleteKelas: VII I
No: 28