SAD ATATAYI
picture by pixabay.com |
Amatilah sloka di bawah lalu carilah maknanya dari
berbagai informasi yang
mereka peroleh. Setelah mempelajari Bab IV ini,
peserta didik diharapkan mampu:
1. menjelaskan
pengertian Sad Atatayi;
2. menyebutkan dan
menjelaskan macam-macam Sad Atatayi; dan
3. menghindari
perbuatan dan akibat dari Sad Atatayi.
Veda Vakya
Ahimsā satyam
akrodas
Tyāgah śāntir
apaiśunam
Dayā bhūtesw
aloluptvam
Mārdawam hrīr
acāpalan
Terjemahan
Tanpa kekerasan, kebenaran, bebas dari kemarahan,
tanpa pamrih, tenang,
benci dalam mencari kesalahan, welas asih terhadap
makhluk hidup, bebas
dari kelobaan, sopan, kerendahan hati dan kemantapan.
(Bhagavadgita XVI. 2)
A. Pengertian
Susila
Kata susila terdiri dari kata su dan sila.
Kata “su” artinya baik, dan “sila”
artinya perbuatan atau perilaku. Jadi,
kata susila berarti perbuatan yang baik.
Untuk menilai perbuatan baik dan buruk
seorang manusia diukur dengan normanorma yang berlaku di masyarakat.
Norma-norma tersebut antara lain norma
agama yang berasal dari wahyu Tuhan, norma
kesopanan yang bersumber dari
hati nurani, norma kesusilaan yang
bersumber dari tata pergaulan di masyarakat
dan norma hukum yang dibuat oleh pejabat
yang berwenang. Walaupun umat
manusia telah diatur dengan banyak norma,
kenyataannya kejahatan masih
tetap saja terjadi di masyarakat.
Secara nyata, terkadang manusia dikuasai
oleh naluri ingin mengalahkan pihak
lain yang tidak disenanginya. Homo
homonilupus, artinya manusia mempunyai
kecenderungan untuk menghancurkan
musuh-musuhnya. Oleh karena itu,
Brahma dalam sakti-Nya sebagai Saraswati
menurunkan Veda sebagai pedoman
yang paling sempurna untuk menata
kehidupan umat manusia agar mencapai
kesejahteraan lahir batin, baik semasa
hidup maupun setelah ajal.
Secara umum, membunuh dan menghancurkan
sangat dilarang oleh semua
agama di dunia. Semua tata nilai yang
hidup di masyarakat juga melarang
pembunuhan dan penghancuran. Sistem budaya
masyarakat yang dibangun
pada hakikatnya untuk menghindari
pembunuhan dan penghancuran. Semua
sistem nilai yang dibangun mengharapkan
kehidupan yang penuh dengan rasa
welas asih, saling melindungi, dan saling
menjaga. Pada hakikatnya, semua
masyarakat sangat anti dengan kekerasan.
Ketika ada masalah yang muncul,
hendaknya diselesaikan secara musyawarah
untuk mencapai mufakat.
Walaupun semua orang tidak menghendaki
kekerasan, ternyata pembunuhan
dan konflik selalu ada di masyarakat.
Agama Hindu memperbolehkan adanya
pembunuhan yang disebut sebagai Pati
Kawenang untuk alasan PancaWida,
sebagai berikut:
1.
membela diri, hal
ini terjadi apabila sudah terdesak dan nyawa kita terancam.
1.
Dalam situasi
seperti ini, maka membunuh karena membela diri dibenarkan;
2.
upacara Yajña,
membunuh dalam Yajña bukan semata-mata menghilangkan
3.
nyawa mahluk lain,
tetapi mempunyai fungsi panyupatan, atau mengangkat
4.
derajat kemuliaan
hewan atau tumbuhan yang dikorbankan untuk kepentingan
5.
Yajña;
2.
percobaan ilmu
pengetahuan;
3.
kesehatan tubuh
kita; dan
4.
menjaga
keseimbangan populasi hewan. Hal ini dilakukan agar populasi
6.
hewan tidak banyak
sehingga tidak membahayakan keselamatan manusia.
B. Pengertian Sad
Atatayi
Coba kamu amati sloka yang tertuang dalam kitab
Sarascamuscaya, lalu
cari berbagai informasi tentang maksud sloka
Sarascamuscaya di bawah ini!
Veda Vakya
Risakwehning sarwa bhuta,
iking janma wwang juga wenang gumawayaken ikang
subhasubhakarma, kunang panentasaken ring subhakarma
juga ikang
asubhakarma phalaning dadi wwang. (saracamuscaya sloka, 2)
Terjemahan
Di antara semua makhluk hidup
hanya yang dilahirkan menjadi manusia sajalah yang
melaksanakan perbuatan baik ataupun buruk,
leburlah ke dalam perbuatan baik segala perbuatan
yang buruk itu, demikian gunanya (pahalanya) menjadi
manusia.
Sad Atatayi terdiri dari kata sad dan atatayi. Sad berarti enam
dan atatayi
berarti cara melakukan pembunuhan. Dengan demikian, sad atatayi berarti
enam cara untuk melakukan pembunuhan. Sesungguhnya
Veda sebagai kitab
suci umat Hindu memberikan tuntunan tentang
Ahimsakarma, yaitu larangan
untuk untuk melakukan pembunuhan terhadap sesama
makhluk hidup dengan
motivasi balas dendam dan kemarahan. Dalam ajaran
Ahimsakarma, membunuh
manusia ataupun membunuh seekor semut berarti
melakukan karma buruk yang
pasti akan dipetik buahnya di kemudian hari.
Dalam Kitab disebutkan bahwa rusa-rusa yang sedang
merumput di lapangan
yang hijau, ikan-ikan yang sedang berenang di telaga
yang jernih dipanah dan
dipancing oleh manusia untuk alasan kesenangan dan
kesehatan. Akibat dari
semua itu, tidak ada satu manusia pun di dunia ini
yang terhindar dari penyakit.
Penyakit yang dimaksud adalah penyakit dengan kualitas
rendah ataupun dengan
kualitas tinggi yang bisa menguras banyak biaya.
C. Bagian-Bagian
Sad Atatayi
1. Agnida
Agnida adalah cara membunuh orang dengan cara membakar
rumahnya
sehingga juga membakar orangnya, seperti pencuri yang
tertangkap kemudian
di bakar hidup-hidup, orang yang ada dalam rumahnya
mati terpanggang.
Para teroris yang melakukan pengeboman termasuk dalam
kelompok Agnida.
Contoh cerita tentang Agnida yang patut direnungkan
untuk diambil
hikmahnya dapat ditemukan dalam kisah Mahabharata,
yang kisah singkatnya
sebagai berikut:
“Pada suatu ketika, Duryadana mengundang Kunti dan
Panca Pandawa untuk berlibur. Di sana mereka menginap di sebuah rumah yang
sudah disediakan oleh Duryadana. Duryadana mempunyai niat jahat untuk membakar
rumah yang dihuni Panca Pandawa pada
malam hari. Bima diberitahu oleh Widura bahwa rumah tempat menginap ibu Kunti
dan Panca Pandawa akan dibakar oleh Duryadana di malam hari. Kemudian,
dibuatlah terowongan agar dapat menyelamatkan diri. Ketika malam hari, rumah
tempat Dewi Kunti dan Panca Pandawa menginap dibakar. Dewi Kunti dan Panca
Pandawa dapat menyelamatkan diri ke hutan melalui terowongan.”
2. Visada
Visada artinya meracuni baik sesama manusia maupun
binatang sampai pingsan, maupun sampai mati. Hal ini adalah merupakan perbuatan
dosa sebab perbuatan ini sangat bertentangan dengan hakekat hidup yang beradab.
Contoh perilaku Visada dapat direnungkan dalam cerita di bawah ini. “Seorang
anak mempunyai kegemaran memancing ikan di sungai atau di kolam. Kadang-kadang ia
mendapatkan banyak ikan, namun kadang-kadang mendapatkan sedikit ikan, hasilnya
tidak menentu. Pada suatu hari, ia datang ke sungai untuk memancing tetapi
hingga siang hari ia tidak mendapatkan seekor ikan pun. Dengan gelisah, cemas,
dan penuh harapan ia pergi ke sebuah warung membeli portas dan racun lainnya.
Kembalilah ia ke sungai untuk melepaskan racun tadi supaya ikan-ikan besar,
belut, kepiting, udang, lele baik besar maupun kecil mati dan hanyut semua.
Kemudian, setelah ikan-ikan itu mati ia hanya mengambil beberapa ekor ikan yang
besar saja sedangkan yang lainnya dibiarkan hanyut.” Perbuatan ini tidak
berdasarkan Tat Twam Asi. Perbuatan ini termasuk pembunuhan secara kejam dengan
jalan meracuni, yang dilarang oleh ajaran agama maupun pemerintah.
3. Atharva
Atharva adalah cara membunuh dengan kejam dengan
mempergunakan ilmu hitam. Secara Mantropologi, fenomena ini ternyata ada di
seluruhmasyarakat dunia baik yang tergolong sudah mempunyai peradaban majumaupun
yang masih tergolong primitif. Bahkan di era modern ini sebagianorang masih
mempercayai ilmu hitam, misalnya santet, teluh atau di Bali
dikenal leak.
4. Sastraghna
Sastraghna adalah membunuh dengan cara membabi buta
atau mengamuk.Contoh tentang hal ini dapat ditemukan dalam tragedi pembunuhan
siswa taman kanak-kanak beberapa kali di Amerika Serikat. Dalam Sarasamuscaya 324
disebutkan:
“Kunang ikang
wwang gumawayaken ikang ulah papa, tan masih mwk ngaranika,
apayapan awaknya
gumawayikang kapapan, awaknya amukti phalanya dlaha”
Terjemahan
Adapun orang yang melakukan perbuatan jahat itu, dinamai
dengan orang yang tidak sayang dengan dirinya sendiri atau karena dirinya
sendiri berbuat kejahatan (karenanya) dirinya sendiri yang akan mengalami
akibatnya kelak.
5. Dratikrama
Dratikrama adalah membunuh dengan cara melakukan
perbuatanmemperkosa, sehingga menghancurkan masa depan seseorang. Selain itu, Dratikrama
juga dapat merusak tatanan nilai yang hidup di masyarakat.Contoh perilaku
Dratikrama: Orang tua yang ingin bersetubuh dengan anak remaja dan karena
menolak akhirnya diperkosa/dipaksa. Setelah diproses ke meja hijau, ia pun
dihukum dan membawa aib bagi keluarga.
6. Raja Pisuna
Raja Pisuna adalah membunuh dengan cara melakukan fitnah.Perbuatanmemfitnah ini sesungguhnya lebih kejam dari melakukan pembunuhan.Mereka yang melakukan fitnah sampai menyebabkan orang lain meninggaldunia. Orang yang melakukan hal ini maka kelak setelah mati, rohnya akanterlempar ke Neraka Niraya yaitu neraka yang sangat panas menyiksa.Kelak setelah lahir kembali ke dunia, maka kelahirannya akan menjadibinatang anjing. Kalaupun masih mempunyai sisa karma baik dan dapatkembali terlahir menjadi manusia, maka sepanjang hidupnya akan selalumendapat hinaan. Bukan itu saja, sepanjang hidupnya akan selalu dalamkeadaan susah dan menderita
CERITA TENTANG SAD ATATAYI
Di dalam Kitab Sabha Parwa,
salah satu episodenya menceritakan upaya
keras para Kurawa untuk
menghabisi keluarga Panca Pandawa. Panca Pandawa
terdiri dari Yudhistira, Bima,
Arjuna, Nakula, dan Sahadewa. Sementara seratus
kurawa terdiri dari Duryodana
dan adiknya yang berjumlah 99 orang. Berbagai
macam cara sudah dilakukan
untuk membunuh Panca Pandawa, tetapi semua
tidak berhasil karena Panca
Pandawa selalu mendapatkan pertolongan dari para
Dewata. Mereka mendapatkan
pertolongan Dewata karena mereka baik hati,
sopan, santun, disiplin dalam
belajar, dan berani dalam menghadapi masalah.
Atas bujukan Sengkuni, paman
dari Duryodana atau kakak dari Permaisuri
Gandari, Korawa merekayasa
agar Panca Pandawa menghadiri upacara Durgapuja
di luar kota kerajaan.
Dengan licik, Sangkuni yang
dibantu oleh rakyat Kerajaan Gandara membangun
sebuah istana megah dan indah,
tetapi bahannya terbuat dari kardus. Istana
kardus ini dipersiapkan untuk
menginap Panca Pandawa ketika mengikuti upacara
Durgapuja. Pada hari yang
sudah ditentukan, berangkatlah rombongan Panca
Pandawa ini ke tempat
dilaksanakan upacara. Semua berjalan lancar, tidak ada
yang aneh dan tidak ada
kendala yang dihadapi.
Setelah upacara berlangsung,
maka beristirahatlah Panca Pandawa dengan
istrinya Dewi Drupadi di dalam
istana kardus dengan tidak merasa curiga.
Kecurigaan mulai muncul ketika
tengah malam tiba, karena semua pintu terkunci
dari luar. Kemudian, Bima
dengan kekuatan kuku Pancanakanya menggali
lubang di bawah rumah kardus
yang tembus sampai ke hutan.
Keluarga Panca Pandawa ini
bergegas meninggalkan rumah kardus melalui
lubang terowongan yang dibuat
oleh Bima. Begitu sampai di hutan, dengan cepat
rumah kardus itu terbakar
karena dibakar oleh anak buahnya Sengkuni, Raja
Gandara. Pada saat pagi tiba,
mereka semua pura-pura bersedih mengenang
keluarga Pandawa yang
dikiranya sudah hangus terbakar bersama istana kardus itu.
Pesan dari cerita ini adalah
jangan berusaha membunuh orang lain dengan
cara apapun juga. Dosanya
sangat besar bagi mereka yang melakukan pembunuhan
terhadap orang lain, di
antaranya adalah terancam hukuman sampai 20 tahun
di dunia. Berdasarkan
kepercayaan, para pembunuh itu akan terlahir di alam
neraka dan bila reinkarnasi
kembali akan menjadi orang yang selalu sakit-sakitan
sepanjang hidupnya, kemudian akan meninggal dengan mengenaskan.
CARA
MENGHINDARKAN DIRI DARI AKIBAT NEGATIF SAD ATATAYI
Sad Atatayi adalah enam cara
untuk melakukan pembunuhan secara kejam.
Kejahatan pembunuhan di dalam
hukum negara diatur di dalam Kitab Undang-
undang Hukum Pidana. Ancaman
hukumannya sangat berat, mulai dari 5 tahun
penjara apabila dilakukan
tanpa disengaja. Apabila dilakukan dengan perencanaan
sebelumnya, maka ancaman
hukumannya mulai dari 12 tahun sampai dengan 20
tahun penjara. Ada pula yang
sampai dijatuhi hukuman mati apabila pelakunya
melakukan pemberatan atau
perbuatan asusila sebelum membunuh.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa
akibat dari melakukan pembunuhan roh
pelakunya akan dilempar di
alam neraka dan apabila terlahir kembali tidak akan
kembali menjadi manusia.
Rohnya bisa menjadi binatang, pohon atau mungkin
bisa menjadi batu. Namun
apabila terlahir kembali menjadi manusia kelahirannya
akan menjadi orang yang hina
dan umurnya tidak panjang.
Ada beberapa penyebab orang
berani melakukan kejahatan pembunuhan.
Tetapi secara umum
teridentifikasi penyebab pembunuhan itu karena dendam,
cemburu, motivasi harta atau
uang terutama dalam kasus perampokan, motivasi
politik, dan menderita
kelainan jiwa.
Mengingat begitu buruknya
akibat dari melakukan pembunuhan, maka
agama Hindu memberikan jalan
yang terbaik agar terhindar dari niat untuk
melakukan pembunuhan, sebagai
berikut:
1. Selalu mendekatkan diri
dengan Sang Hyang Widhi, para dewa, dan leluhur
melalui berbagai media upacara
keagamaan. Puja Tri Sandya setiap hari
jangan diabaikan karena akan
dapat menghapuskan kegalauan hati akibat
banyaknya masalah dalam
kehidupan. Mencurahkan keresahan hati di
dalam doa sambil melantunkan
lagu-lagu pujian secara hikmat dan khusuk.
Semua ini akan dapat
mengurangi rasa dendam, putus asa, dan mencegah
niat untuk membunuh.
2. Serius mendengarkan,
memahami, dan melaksanakan ajaran Guru, terutama
Guru Rupaka, Guru Pengajian,
dan Guru Wisesa. Bagi mereka yang berani
melawan guru, maka akan
mendapatkan ganjaran atau balasan berupa
kesulitan sepanjang hidupnya.
Contohnya, bila seorang anak wanita yang
berani melawan ibu kandungnya,
bisa kesulitan saat melahirkan anaknya di
kemudian hari. Untuk itu,
jangan marah kepada guru sehingga niat untuk
membunuh menjadi hilang.
3. Lakukan tirta yatra secara
teratur mungkin setahun sekali. Ini penting karena
Kitab Suci Sarasamuscaya
menganjurkan agar umat Hindu melakukan Tirta
Yatra. Melaksanakan Tirta
Yatra sama artinya dengan 5 kali melakukan
Yajña. Tirta Yatra itu bisa
dilakukan oleh siapa saja tidak peduli mereka
kaya atau miskin. Dalam Tirta
Yatra akan didapatkan air suci, bisa bertemu
dengan orang suci dan menambah
wawasan sehingga tidak merasa diri
paling menderita di dunia ini.
Keuntungan bertemu dengan orang suci
adalah sangat besar sebagai
berkah utama, keuntungan dapat menyentuh
orang suci bisa menghapuskan
dosa, kalau melaksanakan ajaran orang suci,
akan mendapatkan surga. Dengan
demikian, niat kejam untuk membunuh
orang akan hilang setelah
melakukan Tirta Yatra bersama keluarga atau
teman-teman.
4. Rajin mengikuti kegiatan
keagamaan, seperti latihan Dharmagita, latihan
tarian keagamaan Hindu,
latihan gamelan, Dharmawacana atau Darmatula.
Dengan latihan seni upacara
keagamaan seperti menari dan menabuh
gamelan, maka akan terasah
rasa estetika yang ada di dalam diri. Budi akan
semakin halus, perilaku akan
semakin berkarakter karena otak kanan kita
terlatih baik. Dengan
mengikuti latihan kehalusan budi, maka keraguan
akan keberadaan Sang Hyang
Widhi dan hukum Karmaphala sama
sekali tidak ada. Kalau sudah
yakin dengan hukum karma, maka niat untuk
membunuh dengan cara apapun
akan hilang dengan sendirinya sehingga
akan terhindar dari akibat
buruk Sad Atatayi.
5. Perhatikan teman dekat
kita. Hindari bergaul dengan para pemabuk, penjudi,
pencuri, apalagi dengan
pembunuh. Pergaulan itu sangat besar pengaruhnya
dalam kehidupan kita. Apabila
lingkungan kita buruk, maka perilaku kita
akan mempunyai kecenderungan
buruk. Kalau bergaul dengan pencuri dan
pembunuh, maka cepat atau
lambat akan terpengaruh untuk menjadi pencuri
dan pembunuh. Begitu juga
sebaliknya, kalau bergaul dengan orang-orang
sukses, maka kita akan sukses.
Dengan kata lain, bergaul dengan orang baik
akan terhindar dari niat untuk
membunuh orang lain sehingga terhindar
juga dari akibat buruk
melakukan pembunuhan.
6. Olah raga dan istirahat
secara teratur. Di dalam tubuh yang sehat akan
bersemayam juga jiwa yang
sehat. Jangan mengabaikan kesehatan tubuh,
karena dengan tubuh yang sehat
penampilan nampak prima dan diperhatikan
orang lain. Hal ini juga dapat
mencegah niat untuk melakukan pembunuhan.
7. Lakukan tapa, brata, yuga,
dan samadi dengan tertib. Tapa artinya
pengendalian diri, brata artinya
puasa mengendalikan makan dan minum,
sedangkan samadi artinya
konsentrasi pikiran. Sebagaimana seekor ulat yang
bertapa di dalam kepompong,
kemudian bisa terbang menjadi kupu-kupu.
Begitu juga manusia, setelah
melakukan tapa, brata dan samadi dengan baik,
maka diharapkan kecerdasannya
akan bertambah, kharisma dan wibawanya
menjadi terpancar. Bagi yang
wanita, kecantikannya dari dalam akan muncul.
Orang-orang sukses adalah
mereka yang selalu melakukan tapa, brata, dan
samadi dari zaman ke zaman.
Dengan demikian, niat untuk membunuh
menjadi tidak ada dan merasa
sia-sia.
8. Latihan melakukan kebaikan.
Hal ini nampaknya sederhana, tetapi melakukan
kebaikan harus dilatih dari
hal-hal yang kecil sampai hal-hal yang besar. Mulai
dari mematikan kran setelah
memakai air, membuang sampah di tempatnya,
membantu orang yang memerlukan
pertolongan, dan menyumbang darah
ketika ada korban perlu darah
dalam peristiwa bencana alam.
9. Dalam Kitab Sarasamuscaya
dinyatakan, mereka yang selalu melakukan
kebaikan akan terhindar dari
bencana walaupun berada di atas tebing
yang curam, berada di hutan
belantara ataupun di dalam perang. Hal ini
terjadi karena investasi atau
tabungan karma baiknya itu yang memberikan
perlindungan secara ajaib ketika
musibah mengancamnya. Ini adalah cara
agar terhindar dari niat untuk
melakukan pembunuhan.
10. Hidup harus sejahtera dan
Veda sangat menganjurkan umat Hindu dan
umat manusia pada umumnya
untuk selalu hidup makmur, damai, dan
sejahtera. Artinya, agama Hindu
sama sekali tidak menyukai kemiskinan
dan kebodohan. Veda diturunkan
untuk menuntun manusia agar tidak
bodoh, karena kebodohan adalah
sumber bencana yang sesungguhnya.
Veda menganjurkan umat manusia
rajin belajar agar pandai. Veda juga
menganjurkan agar umat manusia
hidup hemat agar bisa kaya, karena
kekayaan menjadikan kita
bahagia. Kita dapat membantu orang yang
memerlukan bantuan dengan
kekayaan baik berupa harta benda maupun
uang. Ini merupakan tabungan karma baik yang kelak pasti berbuah manis
DOWNLOAD BUKU PAKET AGAMA HINDU KELAS 7
Post a Comment
Post a Comment